10 Satwa Endemik Indonesia yang Harus Kita Lindungi
Selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, Indonesia pun memiliki fauna atau satwa yang unik. Cukup banyak satwa endemik yang hanya dapat ditemukan di suatu daerah di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan tingkat endemik (endemisme) yang tinggi. Diperkirakan ada lebih dari 165 jenis mamalia, 397 jenis burung, lebih dari 150 reptilia, dan lebih dari 100 spesies ampibi yang tercatat endemik di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Kita memiliki satwa yang tidak ada di negara-negara lain, lho! Horeee! Namun, di sisi lain, muncul keprihatinan yang mendalam karena beberapa satwa endemik Indonesia ini mulai terancam kepunahan. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk melindungi mereka. Klikers, berikut 10 Satwa Endemik asli Indonesia yang harus kita lindungi:
1. Orangutan
Orangutan merupakan satwa endemik Indonesia yang tinggal di Pulau Sumatra (Pongo abelii) dan Kalimantan (Pongo pygmaeus).
Hewan yang memiliki DNA yang 97% mirip dengan manusia ini bisa hidup
hingga 45 tahun. Orangutan tinggal di hutan tropis dan rawa-rawa serta
mengkonsumsi buah dan daun-daunan, kulit, bunga, madu, serangga,
tumbuhan merambat dan tunas dari tumbuhan. Jumlah orangutan sumatra kini
hanya ada sekitar 12.000 dan orangutan kalimantan sekitar 23.000.
Keberadaannya kian terancam akibat perubahan fungsi hutan menjadi ladang
atau perkebunan. Mereka juga terancam perburuan.
2. Bekantan
Hewan yang menjadi maskot Dunia Fantasi ini merupakan satwa endemik Kalimantan. Bekantan (nasalis larvatus)
memiliki bentuk hidung yang khas sehingga sering dijuluki monyet
belanda. Bekantan senang hidup di dekat wilayah berair di dekat muara
sungai atau hutan bakau. Tinggal di dekat sungai berarti bekantan harus
waspada agar tidak dimangsa buaya. Namun, ancaman terbesar bagi bekantan
bukanlah buaya, namun justru manusia. Populasi bekantan kini semakin
berkurang gara-gara perambahan hutan mangrove. IUCN (World Conservation Union) telah mengklasifikasikan bekantan sebagai satwa langka yang sangat terancam kelestariannya.
3. Jalak Bali
Jalak bali (Leucopsarrothschildi)
atau curik bali pertama kali ditemukan oleh Dr. Baron Stressmann,
kolektor burung asal Inggris saat ia berkunjung ke Bali pada tahun 1911.
Pada tahun 1912, Walter Rothschild, pakar hewan dari Inggris
mempublikasikan Jalak Bali ini ke dunia. Jalak bali memiliki ukuran
tubuh sekitar 25 cm, sayap berwarna hitam dan bulu putih. Paruhnya
runcing dan terdapat warna biru terang pada bagian matanya. Keindahannya
menjadikan satwa endemik Pulau Bali ini menjadi incaran para kolektor.
Burung itu sangat terancam kepunahannya. Bahkan pada tahun 2005 sempat
tersisa lima ekor saja. Untunglah pemerintah segera mengambil inisiatif
untuk mencegah kepunahannya. Di tahun 2008 jumlahnya diperkirakan
meningkat menjadi 50 ekor setelah dipelihara di taman nasional.
4. Burung maleo Sulawesi
Burung Maleo (Macrocephalon maleo)
merupakan hewan endemik Sulawesi. Burung maleo sekilas mirip dengan
ayam. Ukuran tubuhnya besar, besar di bagian tubuhnya dan mengecil di
bagian kepalanya, warnanya dominan hitam dengan bagian dada berwarna
putih. Kakinya yang berkuku dan berselaput berfungsi untuk menggaruk
tanah. Ciri khas utama dari burung maleo ini adalah batok kepalanya yang
hitam mengkilat. Burung maleo adalah makhluk yang setia karena ia
melewatkan seumur hidupnya hanya dengan satu pasangan saja. Burung maleo
kini semakin terancam kepunahannya karena perburuan oleh manusia.
Ditambah ada adat istiadat masyarakat setempat untuk mengubur telur
maleo pada saat mendirikan rumah dengan harapan rumahnya akan berdiri
kokoh dan berumur panjang.
5. Anoa
Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang juga menjadi maskot Sulawesi Tenggara. Ada dua jenis anoa yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis).
Anoa pegunungan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan anoa
dataran rendah. Anoa memiliki penampilan yang mirip kerbau ukuran kecil.
Anoa tinggal di dalam hutan dan memiliki sifat agresif sehingga tidak
cocok untuk menjadi hewan ternak. Anoa merupakan herbivora dan
makanannya adalah pakis, rumput, tunas pohon, buah-buahan yang jatuh,
dan jenis umbi-umbian. Sejak tahun 1960-an anoa berada dalam status
terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor
anoa yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil
kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
6. Hiu karpet berbintik
Hiu karpet berbintik? Hmmm… lucu ya namanya. Hiu karpet berbintik (emiscyllium freycineti)
merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat di perairan Raja
Ampat, Papua. Hiu karpet berbintik ini memiliki pola kulit yang mirip
dengan macan tutul yang berbintik-bintik coklat berbentuk heksagonal.
Mereka hidup di perairan laut yang dangkal, dengan pasir, terumbu
karang, dan rumput laut yang lebat untuk berkamuflase. Hiu karpet
berbintik kini terancam kepunahannya.
7. Kanguru Pohon Mantel Emas
Kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus)
adalah sejenis kanguru pohon yang merupakan hewan endemik di hutan
pegunungan Pulau Irian. Hewan ini memiliki rambut-rambut halus pendek
berwarna coklat muda dengan leher, pipi, dan kaki yang berwarna
kekuningan. Ekornya panjang dengan lingkaran-lingkaran berwarna terang.
Kanguru pohon mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru pohon yang
paling terancam kepunahannya di antara semua kanguru pohon. Spesies ini
telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya.
8. Babirusa
Hewan yang tampangnya agak seram ini
hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru
dan Maluku. Habitat babirusa (Babyrousa babirussa) banyak
terdapat di hutan hujan tropis. Makanan babirusa adalah buah-buahan dan
tumbuhan. Babirusa mencari makanan pada malam hari untuk menghindari
binatang buas yang sering menyerang. Babirusa sering diburu dan dibunuh
oleh penduduk setempat karena merusak lahan pertanian dan perkebunan.
Saat ini, jumlah babirusa diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya ada
di Indonesia. Sejak tahun 1996, IUCN dan CITES mengkategorikan babirusa
sebagai hewan langka dan dilindungi.
9. Harimau Sumatra
Harimau Sumatra (panther tigris sumatrae)
merupakan harimau yang terkecil di antara spesiesnya. Harimau sumatra
jantan memiliki panjang sekitar 2,5 meter dan berat sekitar 140 kg,
sementara harimau sumatra betina memiliki panjang sekitar 1,9 meter
dengan berat sekitar 91 kg. Saat ini hanya ada sekitar 400-500 ekor di
cagar alam dan taman-taman nasional Sumatra dan sekitar 250 ekor lagi
tersebar di kebun binatang di berbagai belahan dunia. Harimau sumatra
terancam kehilangan habitatnya. Mereka sering tersesat memasuki wilayah
manusia saat mencari makanan sehingga akhirnya dibunuh oleh manusia.
Harimau sumatra pun mengalami ancaman perburuan. IUCN mengkategorikan
harimau sumatra sebagai satwa kritis terancam punah.
10. Lutung Jawa
Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan lutung asli (endemik) Indonesia, Lutung jawa terdiri dari dua sub spesies, yaitu Trachypithecus auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies Trachypithecus auratus auratus terdapat di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu, dan Nusa Barung. Subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus mauritius
dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten, termasuk di Muara Gembong.
Habitat asli lutung jawa di Muara Gembong ini sangat memprihatinkan.
Hutan bakau yang menjadi habitat lutung dipenuhi sampah-sampah plastik
yang berasal dari arah Jakarta. Bila kawasan hutan bakau rusak, itu
berarti keberadaan lutung pun terancam karena makanan lutung adalah
pucuk-pucuk dahan dan buah tanaman mangrove.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar