Mengenal Pohon Pinus dan Manfaatnya
Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di Indonesia. P. merkusii
termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus-menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk penghasil kayu, produksi getah, dan konservasi lahan. Hampir semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun, resin dan cat. Terpentin digunakan untuk bahan industry parfum, obat-obatan, dan desinfektan. Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakan untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium
termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus-menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk penghasil kayu, produksi getah, dan konservasi lahan. Hampir semua bagian pohonnya dapat dimanfaatkan, antara lain bagian batangnya dapat disadap untuk diambil getahnya. Getah tersebut diproses lebih lanjut menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat sabun, resin dan cat. Terpentin digunakan untuk bahan industry parfum, obat-obatan, dan desinfektan. Hasil kayunya bermanfaat untuk konstruksi, korek api, pulp, dan kertas serat panjang. Bagian kulitnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan abunya digunakan untuk bahan campuran pupuk, karena mengandung kalium
Manfaat
P. merkusii Jungh et De Vriese atau sering disebut tusam merupakan salah satu jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi dan merupakan salah satu prioritas jenis untuk reboisasi terutama di luar pulau Jawa. Di pulau Jawa, pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti produksi α pinen.
Kelemahan dari P. merkusii adalah peka terhadap kebakaran, karena menghasilkan serasah daun yang tidak mudah membusuk secara alami. Kebakaran hutan umumnya terjadi pada saat musim kemarau, karena saat itu kandungan air, baik pada ranting-ranting dan serasah di lantai hutan maupun pada pohon menjadi berkurang sehingga kemungkinan untuk mengalami kebakaran menjadi lebih besar. Selain itu, produksi serasah pinus termasuk tinggi, yaitu sebesar 12,56-16,65 ton/hektar.
Menurut Harahap dan Izudin (2002) kegunaan P. merkusii untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, kotak, korek api, pulp, tiang listrik, papan wol kayu, resin, gondorukem, dan kayu lapis
Selain itu, kegunaan pinus sangat banyak, antara lain kayunya dapat digunakan untuk triplek, venir, pulp, sutra tiruan, dan bahan pelarut. Getahnya dapat dijadikan gondorukem, sabun, perekat, cat dan kosmetik. Daur panen untuk kebutuhan pulp 12 tahun dan non pulp 20 tahun.
P. merkusii umumnya ditanam untuk produksi kayu pertukangan, disamping itu pohonnya juga disadap untuk menghasilkan terpentin dan gondorukem. Peningkatan kelurusan batang dan volume masih merupakan sifat-sifat penting yang perlu dimuliakan. Nilai heritabilitas bentuk batang umumnya moderat, demikian pula untuk diameter.
Korelasi genetik antara bentuk batang dan diameter bervariasi dari rendah positif ke moderat negatif. Korelasi genetik antara tinggi dan diameter umumnya moderat sampai tinggi positif
BOTANI PINUS
Tata Nama
Pinus merkusii Jungh et de Vriese termasuk suku Pinaceae, sinonim dengan P. sylvestri
auct. Non. L, P. sumatrana Jung, P. finlaysoniana Blume, P. latteri Mason, P. merkusii
var. tonkinensis, P. merkusiana Cooling & Gaussen.
Nama daerah : Damar Batu, Huyam, Kayu Sala, Sugi, Tusam (Sumatera), Pinus (Jawa), Sral (Kamboja), Thong Mu (Vietnam), Tingyu (Burma), Tapusan (Filipina), Indochina Pine, Sumatra Pine, Merkus Pine (Amerika Serikat, Inggris) dan lain-lain (Harahap dan Izudin, 2002).
Deskripsi
P. merkusii Jungh et de Vriese pertama sekali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang ahli botani dari Jerman - Dr. F. R. Junghuhn - pada tahun 1841. Jenis ini tergolong jenis cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain merupakan satu-satunya jenis pinus yang menyebar secara alami ke selatan khatulistiwa sampai melewati 20 LS .
Tinggi
P. merkusii Jung. & De Vr. dapat mencapai 20-40 m. Daunnya dalam berkas dua dan berkas jarum (sebetulnya adalah tunas yang sangat pendek yang tidak pernah tumbuh) pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu sarung dari sisik yang berupa selaput tipis panjangnya sekitar 0,5 cm. Bunga jantan panjangnya sekitar 2 cm, pada pangkal tunas yang muda, tertumpuk berbentuk bulir. Bunga betina terkumpul dalam jumlah kecil pada ujung tunas yang muda, selindris, dan sedikit berbangun telur,
kerapkali bengkok. Sisik kerucut buah dengan perisai ujung berbentuk jajaran genjang,
akhirnya merenggang; kerucut buah panjangnya 7-10 cm. Biji pipih berbentuk bulat telur,
panjang 6-7 mm, pada tepi luar dengan sayap besar, mudah lepas (Steenis, 2003).
Tinggi P. merkusii dapat mencapai 20-40 m dengan diameter 100 cm dan batang bebas cabang 2-23 m. Pinus tidak berbanir, kulit luar kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas dan beralur lebar serta dalam. Kayu pinus berwarna coklat-kuning muda, berat jenis rata-rata 0,55 dan termasuk kelas kuat III serta kelas awet IV.
Pohon pinus berbunga dan berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Juli- November. Biji yang baik warna kulitnya kering kecoklatan, bentuk bijinya bulat, padat, dan tidak berkerut. Jumlah biji kering 57.900 butir per kg atau 31.000 butir/l.
P. merkusii Jungh et De Vriese atau sering disebut tusam merupakan salah satu jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi dan merupakan salah satu prioritas jenis untuk reboisasi terutama di luar pulau Jawa. Di pulau Jawa, pinus atau tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti produksi α pinen.
Kelemahan dari P. merkusii adalah peka terhadap kebakaran, karena menghasilkan serasah daun yang tidak mudah membusuk secara alami. Kebakaran hutan umumnya terjadi pada saat musim kemarau, karena saat itu kandungan air, baik pada ranting-ranting dan serasah di lantai hutan maupun pada pohon menjadi berkurang sehingga kemungkinan untuk mengalami kebakaran menjadi lebih besar. Selain itu, produksi serasah pinus termasuk tinggi, yaitu sebesar 12,56-16,65 ton/hektar.
Menurut Harahap dan Izudin (2002) kegunaan P. merkusii untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, kotak, korek api, pulp, tiang listrik, papan wol kayu, resin, gondorukem, dan kayu lapis
Selain itu, kegunaan pinus sangat banyak, antara lain kayunya dapat digunakan untuk triplek, venir, pulp, sutra tiruan, dan bahan pelarut. Getahnya dapat dijadikan gondorukem, sabun, perekat, cat dan kosmetik. Daur panen untuk kebutuhan pulp 12 tahun dan non pulp 20 tahun.
P. merkusii umumnya ditanam untuk produksi kayu pertukangan, disamping itu pohonnya juga disadap untuk menghasilkan terpentin dan gondorukem. Peningkatan kelurusan batang dan volume masih merupakan sifat-sifat penting yang perlu dimuliakan. Nilai heritabilitas bentuk batang umumnya moderat, demikian pula untuk diameter.
Korelasi genetik antara bentuk batang dan diameter bervariasi dari rendah positif ke moderat negatif. Korelasi genetik antara tinggi dan diameter umumnya moderat sampai tinggi positif
BOTANI PINUS
Tata Nama
Pinus merkusii Jungh et de Vriese termasuk suku Pinaceae, sinonim dengan P. sylvestri
auct. Non. L, P. sumatrana Jung, P. finlaysoniana Blume, P. latteri Mason, P. merkusii
var. tonkinensis, P. merkusiana Cooling & Gaussen.
Nama daerah : Damar Batu, Huyam, Kayu Sala, Sugi, Tusam (Sumatera), Pinus (Jawa), Sral (Kamboja), Thong Mu (Vietnam), Tingyu (Burma), Tapusan (Filipina), Indochina Pine, Sumatra Pine, Merkus Pine (Amerika Serikat, Inggris) dan lain-lain (Harahap dan Izudin, 2002).
Deskripsi
P. merkusii Jungh et de Vriese pertama sekali ditemukan dengan nama tusam di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan oleh seorang ahli botani dari Jerman - Dr. F. R. Junghuhn - pada tahun 1841. Jenis ini tergolong jenis cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan khusus. Keistimewaan jenis ini antara lain merupakan satu-satunya jenis pinus yang menyebar secara alami ke selatan khatulistiwa sampai melewati 20 LS .
Tinggi
P. merkusii Jung. & De Vr. dapat mencapai 20-40 m. Daunnya dalam berkas dua dan berkas jarum (sebetulnya adalah tunas yang sangat pendek yang tidak pernah tumbuh) pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu sarung dari sisik yang berupa selaput tipis panjangnya sekitar 0,5 cm. Bunga jantan panjangnya sekitar 2 cm, pada pangkal tunas yang muda, tertumpuk berbentuk bulir. Bunga betina terkumpul dalam jumlah kecil pada ujung tunas yang muda, selindris, dan sedikit berbangun telur,
kerapkali bengkok. Sisik kerucut buah dengan perisai ujung berbentuk jajaran genjang,
akhirnya merenggang; kerucut buah panjangnya 7-10 cm. Biji pipih berbentuk bulat telur,
panjang 6-7 mm, pada tepi luar dengan sayap besar, mudah lepas (Steenis, 2003).
Tinggi P. merkusii dapat mencapai 20-40 m dengan diameter 100 cm dan batang bebas cabang 2-23 m. Pinus tidak berbanir, kulit luar kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas dan beralur lebar serta dalam. Kayu pinus berwarna coklat-kuning muda, berat jenis rata-rata 0,55 dan termasuk kelas kuat III serta kelas awet IV.
Pohon pinus berbunga dan berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Juli- November. Biji yang baik warna kulitnya kering kecoklatan, bentuk bijinya bulat, padat, dan tidak berkerut. Jumlah biji kering 57.900 butir per kg atau 31.000 butir/l.
Serasah pinus akan terdekomposisi secara alami dalam waktu 8-9 tahun.
Serasah pinus merupakan serasah daun jarum yang mempunyai kandungan
lignin dan ekstraktif tinggi serta bersifat asam, sehingga sulit untuk
dirombak oleh mikroorganisme
Syarat Tumbuh
P. merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah berpasir, tanah berbatu dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200-1.700 mdpl. Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm.
Syarat Tumbuh
P. merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah berpasir, tanah berbatu dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200-1.700 mdpl. Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan diameter 170 cm.
P. merkusii
termasuk famili Pinaceae, tumbuh secara alami di Aceh, Sumatera Utara,
dan Gunung Kerinci. P. merkusii mempunyai sifat pioner yaitu dapat
tumbuh baik pada tanah yang kurang subur seperti padang alang-alang. Di
Indonesia, P. merkusii dapat tumbuh pada ketinggian antara 200-2.000
mdpl. Pertumbuhan optimal dicapai pada ketinggian antara 400-1.500 mdpl
(Khaerudin, 1999).
Penyebaran
P. merkusii tersebar di Asia Tenggara antara lain Burma, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina.
P. merkusii atau tusam merupakan satu-satunya jenis pinus asli Indonesia. Di daerah Sumatera, tegakan pinus alam dapat dibagi ke dalam tiga strain , yaitu :
1. Strain Aceh, penyebarannya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan Bukit Barisan lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwak, Blangkejeren sampai ke Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat pada ketinggian 800 – 2000 mdpl.
2. Strain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di pegunungan Dolok Saut, pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan pinus terdapat pada ketinggian 1000 – 1500 mdpl
3. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan pinus alami yang luas terdapat antar Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh secara alami umumnya pada ketinggian 1500 – 2000 mdpl
Menurut catatan, P. merkusii yang ditanam di Indonesia benihnya berasal dari Aceh atau asal mulanya dari Blangkejeren, sedangkan asal Tapanuli dan Kerinci belum dikembangkan. Pernah dicoba menanam P. merkusii asal Tapanuli di Aek Nauli, tetapi karena serangan Milionia basalis
akhirnya tidak dilanjutkan pengembangannya. Padahal menurut pengamatan dengan mata telanjang banyak kelebihan atau perbedaan baik sifat maupun pertumbuhan pohon dari ketiga populasi tersebut. Tampaknya bentuk pohon yang ada di Aceh lebih bengkok-bengkok bila dibandingkan dengan yang ada di Tapanuli dan Kerinci.
Kadar terpentin berbeda seperti dalam hal kandungan monoterpenenya. Kadar delta-3-carene lebih tinggi dari alpha pinene yang berlawanan dengan keterangan dalam pustaka selama ini, kecuali untuk Tapanuli. Seandainya diperoleh kadar delta-3-carene yang tinggi di Tapanuli maka akan tampak adanya variasi klinal menurut garis lintang dari utara ke selatan. Kadar limonene terdapat lebih tinggi di Tapanuli, demikian pula untuk alpha pinene. Dengan demikian variasi ekotipik lebih jelas terdapat pada P. merkusii bahwa komposisi asam gondorukem pada ketiga populasi yang ditelitinya (Aceh, Tapanuli dan Kerinci) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dan lain halnya dengan komposisi terpentinnya.
Kandungan alpha pinene dan delta-3-carene sangat tinggi pada ketiga populasi. Pengetahuan variasi geografis sangat penting dalam rangka pemuliaan suatu jenispohon. Zobel dan Talbert (1984) mengemukakan bahwa program pemuliaan pohon hampir sebanyak 30 persen gagal karena tidak memperhatikan adanya variasi geografis.
Contohnya adalah introduksi Pinus oocarpa yang mulanya gagal di Amerika Selatan tidak lain disebabkan oleh karena asal benih yang dipakai dalam pengujian memang tidak akan tumbuh optimal di Amerika Selatan. Setelah dicoba jenis yang sama dengan benih dari lokasi yang lain ternyata jenis tersebut dapat tumbuh optimal.
Penyebaran
P. merkusii tersebar di Asia Tenggara antara lain Burma, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Filipina.
P. merkusii atau tusam merupakan satu-satunya jenis pinus asli Indonesia. Di daerah Sumatera, tegakan pinus alam dapat dibagi ke dalam tiga strain , yaitu :
1. Strain Aceh, penyebarannya dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Dari sini menyebar ke selatan mengikuti pegunungan Bukit Barisan lebih kurang 300 km melalui Danau Laut Tawar, Uwak, Blangkejeren sampai ke Kotacane. Di daerah ini tegakan pinus pada umumnya terdapat pada ketinggian 800 – 2000 mdpl.
2. Strain Tapanuli, menyebar di daerah Tapanuli ke selatan Danau Toba. Tegakan pinus alami yang umum terdapat di pegunungan Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di pegunungan Dolok Saut, pinus bercampur dengan jenis daun lebar. Di daerah ini tegakan pinus terdapat pada ketinggian 1000 – 1500 mdpl
3. Strain Kerinci, menyebar di sekitar pegunungan Kerinci. Tegakan pinus alami yang luas terdapat antar Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini tegakan pinus tumbuh secara alami umumnya pada ketinggian 1500 – 2000 mdpl
Menurut catatan, P. merkusii yang ditanam di Indonesia benihnya berasal dari Aceh atau asal mulanya dari Blangkejeren, sedangkan asal Tapanuli dan Kerinci belum dikembangkan. Pernah dicoba menanam P. merkusii asal Tapanuli di Aek Nauli, tetapi karena serangan Milionia basalis
akhirnya tidak dilanjutkan pengembangannya. Padahal menurut pengamatan dengan mata telanjang banyak kelebihan atau perbedaan baik sifat maupun pertumbuhan pohon dari ketiga populasi tersebut. Tampaknya bentuk pohon yang ada di Aceh lebih bengkok-bengkok bila dibandingkan dengan yang ada di Tapanuli dan Kerinci.
Kadar terpentin berbeda seperti dalam hal kandungan monoterpenenya. Kadar delta-3-carene lebih tinggi dari alpha pinene yang berlawanan dengan keterangan dalam pustaka selama ini, kecuali untuk Tapanuli. Seandainya diperoleh kadar delta-3-carene yang tinggi di Tapanuli maka akan tampak adanya variasi klinal menurut garis lintang dari utara ke selatan. Kadar limonene terdapat lebih tinggi di Tapanuli, demikian pula untuk alpha pinene. Dengan demikian variasi ekotipik lebih jelas terdapat pada P. merkusii bahwa komposisi asam gondorukem pada ketiga populasi yang ditelitinya (Aceh, Tapanuli dan Kerinci) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dan lain halnya dengan komposisi terpentinnya.
Kandungan alpha pinene dan delta-3-carene sangat tinggi pada ketiga populasi. Pengetahuan variasi geografis sangat penting dalam rangka pemuliaan suatu jenispohon. Zobel dan Talbert (1984) mengemukakan bahwa program pemuliaan pohon hampir sebanyak 30 persen gagal karena tidak memperhatikan adanya variasi geografis.
Contohnya adalah introduksi Pinus oocarpa yang mulanya gagal di Amerika Selatan tidak lain disebabkan oleh karena asal benih yang dipakai dalam pengujian memang tidak akan tumbuh optimal di Amerika Selatan. Setelah dicoba jenis yang sama dengan benih dari lokasi yang lain ternyata jenis tersebut dapat tumbuh optimal.
Gondorukem (resina colophonium) adalah olahan dari getah hasil sadapan
pada batang tusam (Pinus). Gondorukem merupakan hasil pembersihan
terhadap residu proses destilasi (penyulingan) uap terhadap getah tusam.
Hasil destilasinya sendiri menjadi terpentin. Di Indonesia gondorukem
dan terpentin diambil dari batang tusam Sumatera (Pinus merkusii). Di
luar negeri sumbernya adalah P. palustris, P. pinaster, P. ponderosa,
dan P. roxburghii.
Gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan.
Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat.
Penggunaannya antara lain sebagai bahan pelunak plester serta campuran perban gigi, sebagai campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, sebagai bahan perekat warna pada industri percetakan (tinta) dan cat (lak)
Di Indonesia, komoditi ekspor ini dihasilkan oleh Perum Perhutani, terutama dari penanaman tusam di hutan pegunungan Jawa.
Gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan.
Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat.
Penggunaannya antara lain sebagai bahan pelunak plester serta campuran perban gigi, sebagai campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, sebagai bahan perekat warna pada industri percetakan (tinta) dan cat (lak)
Penyadapan Getah Pinus |
Di Indonesia, komoditi ekspor ini dihasilkan oleh Perum Perhutani, terutama dari penanaman tusam di hutan pegunungan Jawa.
Gondorukem
Gondorukem adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah menjadi gondorukem. Gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan. Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat. Penggunaannya antara lain sebagai bahan pelunak plester serta campuran perban gigi, sebagai campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, sebagai bahan perekat warna pada industri percetakan (tinta) dan cat (lak)
Terpentin
Gondorukem adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah menjadi gondorukem. Gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan. Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat. Penggunaannya antara lain sebagai bahan pelunak plester serta campuran perban gigi, sebagai campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, sebagai bahan perekat warna pada industri percetakan (tinta) dan cat (lak)
Terpentin
Gondorukem |
Terpentin adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian
diolah menjadi terpentin. Kegunaan terpentin adalah untuk bahan baku
industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik,
kamfer dan farmasi.
1. 2. Proses Pengolahan Getah Pinus
Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :
1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku
2) Pengenceran
3) Pencucian & Penyaringan
4) Pemanasan/pemasakan
5) Pengujian& Pengemasan
Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/penyulingan dari getah Pinus. Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.
Dalam proses pengolahan Getah Pinus di Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perum Perhutani, bahan baku industri berupa Getah Pinus (Pinus Merkusii) diproses melalui beberapa tahapan :
1) Penerimaan & Pengujian Bahan Baku
2) Pengenceran
3) Pencucian & Penyaringan
4) Pemanasan/pemasakan
5) Pengujian& Pengemasan
Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil distilasi/penyulingan dari getah Pinus. Gondorukem berupa padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua. Sedangkan Terpentin berbentuk cair berwarna jernih serta merupakan pelarut yang kuat.
Proses pengolahan getah menjadi gondorukem pada umumnya meliputi 2 tahapan :
- Pemurnian getah dari kotoran-kotaran
- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.
- Pemurnian getah dari kotoran-kotaran
- Pemisahan terpentin dari gondorukem dengan cara distilasi/penguapan.
Proses pemurnian getah.
- pengenceran getah dengan terpentin
- pengambilan/penyaringan kotoran kasar
- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.
- pengenceran getah dengan terpentin
- pengambilan/penyaringan kotoran kasar
- pencucian & pemisahan kotoran halus dengan penyaringan maupun pengendapan.
Proses pemisahan gondorukem dari terpentinnya.
- dilakukan dengan pemanasan langsung
- dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap)
- dilakukan dengan pemanasan langsung
- dilakukan dengan pemanasan tidak langsung. (menggunakan uap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar