Rabu, 29 Maret 2017

10 hewan Asli Papua Yang Terancam Punah



10 Hewan Asli Papua Ini Terancam Punah  

"Hewan -hewan endemik asli Papua ini terancam punah akibat berkurangnya habitat asli mereka serta perburuan secara liar"

Hewan asli Papua

Mahessa83 - Papua yang terletak di bagian paling timur Indonesia merupakan daerah yang kaya akan budaya hingga flora dan faunanya. Papua juga sangat identik dengan Burung Cendrawasih yang saat ini terancam dari kepunahan. Seperti juga Burung Cendrawasih, Hewan -hewan endemik asli Papua lainnya juga terancam punah seperti Hiu Karpet Berbintik, Kanguru Pohon Mantel Emas atau Burung Nuri Sayap Hitam akibat berkurangnya habitat asli mereka serta perburuan secara liar

Berikut 10 Hewan Asli Papua Yang Terancam Punah jika kita tidak menjaga dan melestarikannya.

1. Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea Rubra)


Burung Cendrawasih Merah
Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea Rubra) adalah hewan endemik Papua. Burung ini berwarna kuning dan cokelat serta berparuh kuning. Burung jantan dewasa berikuran sekitar 72 centimeter termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan bagian ujung berwarna putih pada bagian sisi perutnya. Bulu muka berwarna hijau zamrud dengan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam. 
Hewan endemik asli Papua ini hanya dapat ditemukan di hutan hujan dataran rendah Pulau Waigeo dan Batanta di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. 
Berdasarkan dari hilangnya banyak habitat hutan yang terus berkelanjutan, serta populasi kehidupan burung ini sangat terbatas, Burung Cendrawasih Merah ini beresiko terancam punah.    

2. Hiu Karpet Berbintik (Hemyscillium Freycineti)


Hiu Karpet Berbintik
Hiu Karpet Berbintik (Hemyscillium Freycineti) adalah hewan endemik asli Papua berikutnya. Hiu Karpet Berbintik ini termasuk hewan bertulang belakang. Jenis hiu ini juga termasuk pada jenis Hiu Bambu yang hanya dapat ditemukan di Perairan Kepulauan Raja Ampat. 
Bentuk Hiu Karpet Berbintik pada dasarnya sama dengan jenis hiu lainnya di dunia. Bedanya Hiu Karpet Berbintik memiliki warna kulit seperti macan tutul. Pola tersebut berbentuk heksagonal berwarna cokelat. 
Hiu Karpet Berbintik merupakan salah satu Hewan Endemik Papua yang hampir punah. Oleh karena itu hewan ini dilindungi oleh negara. Berkurangnya populasi hewan ini akibat habitat asli mereka yaitu berupa terumbu karang banyak yang rusak. Kerusakan terumbu karang ini sebagain besar diakibatkan penangkapan ikan oleh nelayan menggunakan dinamit. Keindahan Hiu Karpet Berbintik ini juga banyak diminati orang untuk dijadikan ikan hias di aquarium. Meningkatnya permintaan akan Hiu Karpet Berbintik dan harganya yang mahal menjadikan Ikan Hiu Karpet Berbintik ini banyak diburu orang. 

3. Kanguru Pohon Mantel Emas (Dendrolagus Pulcherrimus)


Kanguru Pohon Mantel Emas
Kanguru Pohon Mantel Emas  (Dendrolagus Pulcherrimus) adalah sejenis Kanguru Pohon yang hanya dapat ditemukan di hutan pegunungan Papua. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna cokelat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna putih pucat dengan dua garis keemasan dipunggungnya.Ekor panjang dan prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang.
Keberadaan Kanguru Pohon Mantel Emas merupakan salah satu jenis kanguru pohon yang paling terancam punah dari habitat asli mereka.

4. Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius Unappendiculatus)


Kasuarui Gelambir Tunggal

Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius Unappendiculatus) yang juga dikenal sebagai Kasuari Leher Ems adalah burung yang tidak bisa terbang yang berasal dari Utara Papua. Burung dari anggota keluarga superorder paleognathae biasanya hidup menyendiri dan berpasangan hanya pada musim biak saja. 

Penangkapan secara liar dan berkurangnya habitat asli mereka mengancam keberadaan spesies ini menuju kepunahan.  

5. Nuri Sayap Hitam (Eos Cynogenia)


Nuri Sayap Hitam

Nuri Sayap Hitam (Eos Cynogenia) adalah sejenis nuri berukuran sedang dengan panjang sekitar 30 sentimeter. Endemik asli Indonesia ini hanya dapat ditemukan di hutan-hutan di pesisir Pulau Biak dan pulau-pulau di Teluk Cendrawasih, Papua. 

Dikarenakan banyak berkurangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut serta populasi mereka yang semakin hari semakin berkurang menjadikan Burung Nuri Sayap Hitam ini terancam dari kepunahan. 

6. Mambruk Victoria (Goura Victoria)


Mambruk Victoria

Mambruk Victoria (Goura Victoria) adalah salah satu dari tiga jenis burung Dara Mahkota dan merupakan spesies terbesar diantara jenis-jenis Burung Merpati. Burung berukuran besar dengan panjang mencapai 74 sentimeter ini memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan, jambul seperti kipas dengan warna putih, dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki berwarna merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu pada sayap dan ujung ekornya. 

Hewan yang tinggal di daratan rendah Pulau Papua ini terncam punah akibat banyak diburu secara liar untuk diambil daging dan bulunya. Saat ini Mambruk Victoria sudah jarang ditemuidi daerah dekat populasi manusia.

7. Kanguru Pohon Mbaiso (Dendrolagus Mbaiso)


Kanguru Pohon Mbaiso

Hewan endemik Papua, Kanguru Pohon Mbaiso (Dendrolagus Mbaiso) hidup di Taman Nasional Lorenz, Papua. Hewan yang termasuk dari keluarga Macropopidae Satwa ini merupakan spesies sub-alpin, yakni berada di daerah pegunungan bawah dengan ketinggian 2700-3500 m dpl dan vegetasi hutan basah serta memiliki banyak kanopi dengan ketinggian mencapai 10-15 m. Dingiso adalah asli pohon-kanguru dan endemik Western New Guinea dari Indonesia, di mana ia tinggal di hutan hujan pegunungan di Tembagapura kasar dan Kwiyawagi pegunungan Sudirman Rentang pada ketinggian dari 2700-4200 m, tepat di bawah garis pohon . Dingiso memiliki ekor panjang, bagian belakangnya berkembang dengan baik dan bergerak baik hindfeet pada saat yang sama dalam kiprah khas . Telapak kaki yang besar menanggung bantalan seperti bantalan kursi ditutupi dengan kulit yang kasar yang, dalam kombinasi dengan kuku melengkung, memberikan pegangan mahir pada batang dan cabang pohon. Panjang, ekor berbulu membantu itu menyeimbangkan ketika bergerak melalui pohon-pohon dan kawat gigi itu seperti naik. Bulu yang cukup panjang sebagian besar hitam, selain dari tanda putih pada hamster dan wajah.

Kelestarian hewan ini semakin mengkhawatirkan dikarenakan populasinya yang terus berkurang hingga 50% selama lebih dari 3 dekade ini. Hal ini disebabkan akibat meningkatnya aktivitas manusia seperti berburu dan membuka lahan baru untuk pertanian serta perubahan iklim. 

8. Kasuari Kerdil (Casuarius Bennetti)


Kasuari Kerdil
Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) adalah kasuari paling kecil. Meskipun menyandang gelar kerdil, namun burung asli pulau Papua ini masih cukup raksasa dengan tingi mencapai 1 meter lebih. Kasuari Kerdil tetaplah burung berukuran besar, hanya sedikit lebih kecil jika dibandingkan kedua spesies kasuari lainnya, yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), dan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius).

Burung Kasuari Kerdil atau Casuarius bennetti dikenali dengan ciri khas pada gelambirnya yang tidak menggantung. Juga bentuk tanduknya yang segitiga dengan bagian belakang pipih. Tinggi tubuhnya mencapai 1,1 meter dengan panjang hingga 150 dan berat badan kasuari dewasa antara 17 – 26 kg. Ukuran ini memang lebih kecil dibandingkan dengan dua spesies kasuari lainnya yaitu Kasuari Gelambir Tunggal dan Kasuari Gelambir Ganda.

Bulu burung Kasuari Kerdil berwarna hitam mengkilat, bahkan lebih kelam dibandingkan dua spesies lainnya. Kulit pada leher berwarna biru cerah dengan bagian samping leher berwarna merah.
Burung Kasuari Kerdil atau Dwarf Cassowary mendiami pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini), pulau Seram, pulau Yapen, dan New Britania. Habitatnya adalah daerah hutan pengunungan dan perbukitan hingga dataran rendah.
Jumlah populasi tidak diketahui secara pasti tetapi diduga mengalami penurunan populasi secara pesat. Penurunan populasi tersebut diakibatkan oleh perburuan dan rusaknya habitat asli mereka.

9. Burung Cendrawasih Mati-Kawat (Seleucidis Melanoleuca)


Burung Cendrawasih Mati Kawat

Cendrawasih Mati-Kawat (Seleucidis Melanoleuca) adalah Burung Cendrawasih berukuran sedang dengan panjang sekitar 33 sentimeter. Burung jantan dewasa mempunyai bulu berwarna hitam mengilap, pada bagian sisi perutnya dihiasi bulu-bulu berwarna kuning dan duabelas kawat berwarna hitam. Burung ini berparuh panjang lancip berwarna hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung betina berwarna coklat, berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi bulu-bulu berwarna kuning ataupun keduabelas kawat di sisi perutnya.

Burung Cendrawaih Mati-Kawat hanya dapat ditemukan di Hutan Dataran Rendah Pulau Papua yang keberadaannya kini terancam punah. 

10. Kura-Kura Reimani (Chelodina Reimanni) 


Kura-Kura Reimani

Saat ini diketahui bahwa penyebaran kura-kura berkepala ular ini hanya ada berada di satu lokasi yaitu di Merauke. Sedangkan status taksonomi masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebab data biologi, ekologi dan populasi di alamnya masih belum ada, walaupun telah ada catatan mengenai jenis ini di penangkaran. Status Kura-kura Reimani pada IUCN adalah Lower Risk dan tidak dilindungi sehingga sangat rentan dari kepunahan.

Nah itulah 10 Hewan Asli Papua yang terancam punah jika kita tidak menjaga, melindungi dan melestarikannya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 

10 Satwa Endemik Indonesia

10 Satwa Endemik Indonesia yang Harus Kita Lindungi

Selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, Indonesia pun memiliki fauna atau satwa yang unik. Cukup banyak satwa endemik yang hanya dapat ditemukan di suatu daerah di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan tingkat endemik (endemisme) yang tinggi. Diperkirakan ada lebih dari 165 jenis mamalia, 397 jenis burung, lebih dari 150 reptilia, dan lebih dari 100 spesies ampibi yang tercatat endemik di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi kebanggaan bagi Indonesia. Kita memiliki satwa yang tidak ada di negara-negara lain, lho! Horeee! Namun, di sisi lain, muncul keprihatinan yang mendalam karena beberapa satwa endemik Indonesia ini mulai terancam kepunahan. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk melindungi mereka. Klikers, berikut 10 Satwa Endemik asli Indonesia yang harus kita lindungi:

1. Orangutan

orangutan
orangutan
Orangutan merupakan satwa endemik Indonesia yang tinggal di Pulau Sumatra (Pongo abelii) dan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Hewan yang memiliki DNA yang 97% mirip dengan manusia ini bisa hidup hingga 45 tahun. Orangutan tinggal di hutan tropis dan rawa-rawa serta mengkonsumsi buah dan daun-daunan, kulit, bunga, madu, serangga, tumbuhan merambat dan tunas dari tumbuhan. Jumlah orangutan sumatra kini hanya ada sekitar 12.000 dan orangutan kalimantan sekitar 23.000. Keberadaannya kian terancam akibat perubahan fungsi hutan menjadi ladang atau perkebunan. Mereka juga terancam perburuan.

2. Bekantan

bekantan
bekantan
Hewan yang menjadi maskot Dunia Fantasi ini merupakan satwa endemik Kalimantan. Bekantan (nasalis larvatus) memiliki bentuk hidung yang khas sehingga sering dijuluki monyet belanda. Bekantan senang hidup di dekat wilayah berair di dekat muara sungai atau hutan bakau. Tinggal di dekat sungai berarti bekantan harus waspada agar tidak dimangsa buaya. Namun, ancaman terbesar bagi bekantan bukanlah buaya, namun justru manusia. Populasi bekantan kini semakin berkurang gara-gara perambahan hutan mangrove. IUCN (World Conservation Union) telah mengklasifikasikan bekantan sebagai satwa langka yang sangat terancam kelestariannya.

3. Jalak Bali

jalak bali
jalak bali
Jalak bali (Leucopsarrothschildi) atau curik bali pertama kali ditemukan oleh Dr. Baron Stressmann, kolektor burung asal Inggris saat ia berkunjung ke Bali pada tahun 1911. Pada tahun 1912, Walter Rothschild, pakar hewan dari Inggris mempublikasikan Jalak Bali ini ke dunia. Jalak bali memiliki ukuran tubuh sekitar 25 cm, sayap berwarna hitam dan bulu putih. Paruhnya runcing dan terdapat warna biru terang pada bagian matanya. Keindahannya menjadikan satwa endemik Pulau Bali ini menjadi incaran para kolektor. Burung itu sangat terancam kepunahannya. Bahkan pada tahun 2005 sempat tersisa lima ekor saja. Untunglah pemerintah segera mengambil inisiatif untuk mencegah kepunahannya. Di tahun 2008 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 50 ekor setelah dipelihara di taman nasional.

4. Burung maleo Sulawesi

burung maleo
burung maleo
Burung Maleo (Macrocephalon maleo) merupakan hewan endemik Sulawesi. Burung maleo sekilas mirip dengan ayam. Ukuran tubuhnya besar, besar di bagian tubuhnya dan mengecil di bagian kepalanya, warnanya dominan hitam dengan bagian dada berwarna putih. Kakinya yang berkuku dan berselaput berfungsi untuk menggaruk tanah. Ciri khas utama dari burung maleo ini adalah batok kepalanya yang hitam mengkilat. Burung maleo adalah makhluk yang setia karena ia melewatkan seumur hidupnya hanya dengan satu pasangan saja. Burung maleo kini semakin terancam kepunahannya karena perburuan oleh manusia. Ditambah ada adat istiadat masyarakat setempat untuk mengubur telur maleo pada saat mendirikan rumah dengan harapan rumahnya akan berdiri kokoh dan berumur panjang.

5. Anoa

Anoa dataran rendah
Anoa dataran rendah
anoa pegunungan
anoa pegunungan
Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi yang juga menjadi maskot Sulawesi Tenggara. Ada dua jenis anoa yaitu anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Anoa pegunungan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan anoa dataran rendah. Anoa memiliki penampilan yang mirip kerbau ukuran kecil. Anoa tinggal di dalam hutan dan memiliki sifat agresif sehingga tidak cocok untuk menjadi hewan ternak. Anoa merupakan herbivora dan makanannya adalah pakis, rumput, tunas pohon, buah-buahan yang jatuh, dan jenis umbi-umbian. Sejak tahun 1960-an anoa berada dalam status terancam punah. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor anoa yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.

6. Hiu karpet berbintik

Hiu karpet berbintik
Hiu karpet berbintik
Hiu karpet berbintik? Hmmm… lucu ya namanya. Hiu karpet berbintik (emiscyllium freycineti) merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat di perairan Raja Ampat, Papua. Hiu karpet berbintik ini memiliki pola kulit yang mirip dengan macan tutul yang berbintik-bintik coklat berbentuk heksagonal. Mereka hidup di perairan laut yang dangkal, dengan pasir, terumbu karang, dan rumput laut yang lebat untuk berkamuflase. Hiu karpet berbintik kini terancam kepunahannya.

7. Kanguru Pohon Mantel Emas

Kanguru pohon mantel emas
Kanguru pohon mantel emas
Kanguru pohon mantel emas (Dendrolagus pulcherrimus) adalah sejenis kanguru pohon yang merupakan hewan endemik di hutan pegunungan Pulau Irian. Hewan ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda dengan leher, pipi, dan kaki yang berwarna kekuningan. Ekornya panjang dengan lingkaran-lingkaran berwarna terang. Kanguru pohon mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru pohon yang paling terancam kepunahannya di antara semua kanguru pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya.

8. Babirusa

babirusa
babirusa
Hewan yang tampangnya agak seram ini hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa (Babyrousa babirussa) banyak terdapat di hutan hujan tropis. Makanan babirusa adalah buah-buahan dan tumbuhan. Babirusa mencari makanan pada malam hari untuk menghindari binatang buas yang sering menyerang. Babirusa sering diburu dan dibunuh oleh penduduk setempat karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Saat ini, jumlah babirusa diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya ada di Indonesia. Sejak tahun 1996, IUCN dan CITES mengkategorikan babirusa sebagai hewan langka dan dilindungi.

9. Harimau Sumatra

Harimau sumatera
Harimau sumatera
Harimau Sumatra (panther tigris sumatrae) merupakan harimau yang terkecil di antara spesiesnya. Harimau sumatra jantan memiliki panjang sekitar 2,5 meter dan berat sekitar 140 kg, sementara harimau sumatra betina memiliki panjang sekitar 1,9 meter dengan berat sekitar 91 kg. Saat ini hanya ada sekitar 400-500 ekor di cagar alam dan taman-taman nasional Sumatra dan sekitar 250 ekor lagi tersebar di kebun binatang di berbagai belahan dunia. Harimau sumatra terancam kehilangan habitatnya. Mereka sering tersesat memasuki wilayah manusia saat mencari makanan sehingga akhirnya dibunuh oleh manusia. Harimau sumatra pun mengalami ancaman perburuan. IUCN mengkategorikan harimau sumatra sebagai satwa kritis terancam punah.

10. Lutung Jawa

lutung jawa
lutung jawa
Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan lutung asli (endemik) Indonesia, Lutung jawa terdiri dari dua sub spesies, yaitu Trachypithecus auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies Trachypithecus auratus auratus terdapat di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu, dan Nusa Barung. Subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus mauritius dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten, termasuk di Muara Gembong. Habitat asli lutung jawa di Muara Gembong ini sangat memprihatinkan. Hutan bakau yang menjadi habitat lutung dipenuhi sampah-sampah plastik yang berasal dari arah Jakarta. Bila kawasan hutan bakau rusak, itu berarti keberadaan lutung pun terancam karena makanan lutung adalah pucuk-pucuk dahan dan buah tanaman mangrove.

Bekantan Si Hidung Panjang Dari Kalimantan

SI HIDUNG PANJANG KHAS DARI KALIMANTAN



Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia). Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan.
Bekantan dalam bahasa latin atau ilmiah disebut Nasalis larvatus, sedang dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atau Proboscis Monkey. Di negara-negara lain disebut dengan beberapa nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei), Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut dari Pulau Kalimantan.
Ciri-ciri khas Bekantan
Seperti primata lainnya, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu), kepala, leher, punggung dan bahunya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai coklat kemerah-merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei disebut bangkatan.
Menjadi salah satu monyet dari beberapa monyet yang terbesar dari Asia, berat Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Monyet betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya.
Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit, tetapi kadang-kadang mengkonsumsi serangga juga. Mereka memiliki bilik perut yang kompleks yang mengandalkan sejumlah bakteri simbiotik untuk pencernaan. Hanya para pejantan yang memiliki hidung yang mengembang besar seperti belalai hingga mereka diberi nama Proboscis Monkey atau Monyet Belalai.
Perbedaan antara jantan dan betina
·          
Jantan
:
Rambut pipi bagian belakang berwarna kemerah-merahan, bentuk hidung lebih mancung.
·          
Betina
:
Rambut pipi bagian belakang berwarna kekuning-kuningan, bentuk hidung lebih kecil.
Tingkah Laku
            Spesies yang dilindungi ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10 sampai 30 ekor monyet. Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).
Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup.
Habitat Bekantan

Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status konservasi “Terancam” (Endangered) merupakan satwa endemik pulau Kalimantan terutama di daerah terutama di pinggiran hutan dekat sungai, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau, rawa, hutan pantai dan kadang-kadang sampai jauh masuk daerah pedalaman di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas) provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) masih dapat dijumpai di beberapa lokasi antara lain:
ü  Suaka Margasatwa Pleihari Tanah Laut.
ü  Suaka Margasatwa Pleihari Martapura.
ü  Cagar Alam Pulau Kaget.
ü  Cagar Alam Gunung Kentawan.
ü  Cagar Alam Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang.
ü  Juga terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.
Konservasi Bekantan
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Red List sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU). Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).
Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas                : Mammalia
Ordo                : Primata
Famili              : Cercopithecidae
Upafamili        : Colobinae
Genus              : Nasalis
Spesies                        : Nasalis larvatus
Lokasi untuk melihat Bekantan
1.      Suaka Margasatwa Pleihari Tanah Laut dengan jarak  80 km dari Banjarmasin.
2.      Suaka Margasatwa Pleihari Martapura (satu lokasi dengan THR Sultan Adam) dengan jarak  70 km dari Banjarmasin.
3.      Cagar Alam Pulau Kaget dengan jarak  2 jam dengan perahu motor/kelotok dari Banjarmasin.
4.      Cagar Alam Gunung Kentawan dengan jarak  160 km dari Banjarmasin.
5.      Cagar Alam Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang dengan jarak  276 km ke Batulicin dilanjutkan dengan speed boat menuju Teluk Kelumpang selama 4 jam dari Banjarmasin.
6.      TNA Pulau Kembang dengan jarak  10-30 menit dengan perahu motor/speed boat dari Banjarmasin.
Peraturan perundangan yang Berlaku
Undang-undang No. 5 Tahun 1990 pasal 21 ayat 2 menyatakan bahwa setiap orang dilarang untuk :
  1. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup.
  2. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati.
  3. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain ke dalam atau ke luar Indonesia.
  4. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkan dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
  5. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi.
Ketentuan pidana
  1. Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 21 ayat 2 tersebut di atas, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
  2. Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 2 tersebut di atas, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Kesimpulan :
      Bekantan merupakan satwa endemik pulau Kalimantan yang hampir punah karena drastisnya penurunan jumlah spesies ini. Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan.
Hal itu terjadi tidak jauh karena ulah manusia itu sendiri. Ilegal loging yang merajalela di hutan hujan Kalimantan, dan juga perkebunan kelapa sawit telah menggusur sebagian besar habitat mereka, mem fragmentasikan jangkauan monyet ini yang berarti mereka dipaksa untuk turun dari pohon lebih sering dan sering harus melakukan perjalanan jarak makin jauh untuk menemukan makanan. Predator tanah mereka termasuk jaguar dan beberapa penduduk asli yang menganggap bekantan makanan lezat.
Selama 40 tahun terakhir, populasi bekantan telah menurun drastis. Mereka saat ini dilindungi dari perburuan atau penangkapan di Kalimantan dan terdaftar sebagai spesies yang terancam punah.
            Kita sebagai makhluk hidup harus menjaga dan melestarikan tempat habitat Bekantan, serta melindungi Bekantan dari kepunahan. Indonesia kaya akan satwa khas di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Kalimantan. Jangan sampai salah satu hewan khas dari Indonesia ini punah begitu saja. Dapat dilakukan berbagai cara untuk melestarikannya seperti melakukan reboisasi ditempat asalnya yg telah terjadi illegal loging, tidak menangkap, membawa, menjual satwa khas ini di dalam maupun di luar Indonesia, dsb. Jadilah manusia yang berkualitas lahir dan batin. Sayangilah bumi kita mulai dari sekarang.

POHON MATOA KHAS PAPUA

 MATOA Matoa ( Pometia pinnata ) adalah tanaman khas Papua, termasuk ke dalam famili Sapindaceae. Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan m...